NANDRA DEWITA KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Modul 3.1.a.9 Koneksi Antar Materi: Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran
Beban
dan amanah kepemimpinan adalah mengimbangi semua prioritas yang terpenting. Tugas
saya dalam pendidikan adalah melakukan yang terbaik. Apa yang diinginkan
kadang-kadang belum tentu itu baik yang terbaik. Dan untuk membuat perubahan,
apalagi perubahan yang transformational, pasti ada kritik. Sebelum mengambil
keputusan, tanyakan, apakah yang kita lakukan berdampak pada peningkatan
pembelajaran murid?
(Nadiem
Makarim, 2020)
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Perkenalkan nama saya Nandra Dewita, Calon Guru Penggerak
Angkatan 4 dari SMK Negeri 1 Sutera Kab Pesisir Selatan. Saya ucapkan terima
kasih kepada Fasilitator saya yang selalu membimbing, mengarahkan dan
memberikan support kepada saya yaitu Ibu Dra. Tati Sumiati,MSi dan juga kepada
Pengajar Praktik saya Ibu Zuryana, S.Pd, M.Pd.T. Dalam tulisan ini perkenankan
saya membahas tentang Koneksi Antar Materi Modul 3.1.a.9 terkait Pengambilan
Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Dalam Tugas ini terdapat 10 pertanyaan
yang akan saya coba membahasnya satu persatu.
1. 1. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap
Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan
sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Filosofi Pratap Triloka khususnya ing ngarso sung tuladha
memberikan pengaruh yang besar dalam mengambil keputusan sebagai pemimpin
pembelajaran. KHD berpandangan bahwa sebagai seorang guru, itu harus memberikan
tauladan atau contoh praktik baik kepada murid. Dalam setiap pengambilan keputusan,
seorang guru harus memberikan karsa atau usaha keras sebagai wujud filosofi
Pratap Triloka ing ngarso su tolodo in madyo mangun karsa dan pada akhirnya
guru membantu murid untuk dapat menyelesaikan atau mengambil keputusan terhadap
permasalahannya secara mandiri. Guru hanya sebagai pamong yang mengarahkan
murid menuju kebahagiaan. Hal ini sesuai dengan filosofi Pratap Triloka Tut
Wuri Handayani.
Dalam
proses menuntun, anak akan diberi kebebasan, dalam hal ini guru sebagai pamong
memberikan tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah serta
membahanyakan dirinya serta anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar
sehingga akan berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat dan bertanggung
jawab. Dalam hal tersebut, maka guru harus mampu mengambil keputusan yang
berpihak pada murid serta bijaksana. Berdasarkan hal tersebut guru sebagai pemimpin
pembelajaran sudah sepatutnya menerapkan pengambilan keputusan yang berpihak
pada murid, dengan menerapkan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip
penyelesaian dilema, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.
Pada
dasarnya keputusan yang dibuat adalah untuk memecahkan permasalahan serta untuk
mencapai tujuan yang hendak dicapai. Karena itu, agar keputusan yang diambil
efektif, maka seorang guru harus berpegang pada nilai-nilai kebajikan yang
tertanam pada diri dan perlu menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian
keputusan sebagai berikut :
1.
1. Mengidentifikasi
bahwa terdapat nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini
2. 2. Menentuka
siapa saja yang terlibat dalam situasi ini
3.
3. Mengumpulkan
fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
4. 4. Melakukan
pengujian benar atau salah baik melalui uji legal, uji regulasi, uji intuisi,
uji halaman depan koran serta uji panutan atau idola
5.
5. Melakukan
pengujian paradigma benar atau salah yang memuat 4 paradigma yaitu : individu lawan masyarakat, rasa keadilan lawan rasa kasihan serta jangka pendek lawan
jangka Panjang
6.
6. Melakukan
prinsip resolusi yakni berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis aturan
atau berpikir berbasis rasa peduli
7.
7. Melakukan
investigasi opso trilemma
8.
8. Membuat
keputusan
9. 9. Melihat kembali
keputusan kemudian merefleksikannya
2. agaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh
kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
Setiap guru seyogyanya memiliki nilai-nilai positif yang sudah
tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya
untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid.
Nilai-nilai yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk
mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti
mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid.
Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada
dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang
secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs
benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral)
yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang
benar.
Etika
terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral.Akal dan moral dua
dimensi manusia yang saling berkaitan.Etika terkait dengan karsa karena manusia
memiliki kesadaran moral.
Dari
kutipan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur
yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia.Karsa ini pun berhubungan dengan
nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun
tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran
seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika..
Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah
yang paling sering dikenali dan dapat kita digunakan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil sebuah keputusan. ketiga prinsip ini seringkali
membantu dalam menghadapi pilihan- pilihan yang penuh tantangan, yang harus
kita hadapi sebagai pemimpin pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah:
Berpikir
Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)
Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)
Berpikir
Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)
Keputusan tepat yang diambil tersebut merupakan buah dari
nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh kita. Nilai-nilai
positif akan mengarahkan kita mengambil keputusan dengan resiko yang sekecil-kecilnya.
Keputusan yang mampu memunculkan kepentingan dan keberpihakan pada peserta
didik.
Nilai-nilai positif mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif
serta berpihak pada murid adalah manifestasi dari pengimplementasian kompetensi
social emosional kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran social dan
keterampilan berinteraksi social dalam mengambil keputusan secara berkesadaran
penuh untuk meminimalisir kesalahan dan konsekuensi yang akan terjadi.
3. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi
pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang
diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran
kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil.
Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut.
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada
modul 2 sebelumnya.
Coaching adalah ketrampilan yang sangat penting dalam menggali
suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun
masalah yang dimiliki orang lain. Dengan langkah coaching TIRTA, kita dapat
mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan
masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila
dikombinasikan dengan sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian
keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.
Pembimbingan yang telah dilakukan oleh pendamping praktik dan
fasilitator telah membantu saya berlatih mengevaluasi keputusan yang telah saya
ambil. Apakah keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, sudah sejalan
dengan nilai-nilai kebajikan universal dan apakah keputusan yang saya ambil
tersebut akan dapat saya pertanggung jawabkan.
TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat
merdeka belajar. Model TIRTA menuntut guru untuk memiliki keterampilan
coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching, yaitu untuk melejitkan
potensi murid agar menjadi lebih merdeka. TIRTA adalah satu
model coaching yang diperkenalkan dalam Program Pendidikan Guru Penggerak saat
ini. TIRTA dikembangkan dari Model GROW. GROW adalah akronim
dari Goal, Reality, Options dan Will.
Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak
dicapai coachee dari sesi coaching ini,
Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal
yang terjadi pada diri coachee,
Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah
dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah
rancangan aksi.
Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat
sebuah rencana aksi dan menjalankannya.TIRTA akronim dari :
T : Tujuan
I : Identifikasi
R : Rencana aksi
TA: Tanggung jawab
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek
sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
Sebagai seorang
pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid
di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang
menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu
diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid
dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar
guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan
tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di
sekolah.
Dalam
proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi
sosial emosional seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri
(self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan
berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga diharapkan proses
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama
sadar dengan berbagai pilihan , konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir
kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan
keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari
keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya
mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama
pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik .
Sebagai seorang pendidik, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.
Dalam
proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi
sosial emosional seperti kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri
(self management), kesadaran sosial (social awareness) dan ketrampilan
berhubungan sosial (relationship skills). Sehingga diharapkan proses
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfull), terutama
sadar dengan berbagai pilihan , konsekuensi yang akan terjadi, dan meminilisir
kesalahan dalam pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan membutuhkan
keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari
keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya
mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. Namun tujuan utama
pengambilan selalu pada kepentingan dan keberpihakan pada anak didik .
5. . Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
Sebagai pemimpin
pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi
apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan
murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari
setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari
berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah
permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersSebagai pemimpin pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapi apakah permasalahan tersebut merupakan dilema etika ataukah bujukan moral Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Seorang pendidik
ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan
etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang
dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil
sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka
keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan
begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah
moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya
benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa
Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri,
inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan
mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat
sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan
yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.ebut akan
mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat
sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan
yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Sebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihSebagai seorang pemimpin pembelajaran kita sering dihadapkan pada situasi dimana kita diharuskan mengambil suatu keputusan, namun terkadang dalam pengambilan keputusan terutama pada situasi dilema kita masih kesulitan misalnya lingkungan yang kurang mendukung, bertentangan dengan peraturan, pimpinan tidak memberikan kepercayaan karena merasa lebih berwenang, dan meyakinkan orang lain bahwa keputusan yang diambil sudah tepat, perbedaan cara pandang serta adanya opsi benar lawan benar atau sama-sama benar. Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Dapat dipastikan bahwa jika pengambilan keputusan dilakukan secara akurat melalui proses analisis kasus yang cermat dan sesuai dengan 9 langkah tersebut, maka keputusan tersebut diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
ak-pihak yang
terlibat , maka hal tersebut akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman.
7. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Kesulitan-kesulitan
yang dialami di lingkungan saya dalam mengambil keputusan adalah kesulitan
/kendala yang bersumber pada pengambil keputusan, di mana dalam mengambil
keputusan tidak melibatkan guru atau warga sekolah lainnya, sering terjadi
perbedaan pandangan di antara pihak-pihak yang terlibat dalam kasus yang
mempersulit tercapainya kesepakatan, dan sering dalam pengambilan keputusan
tersebut , kita tidak mempunyai pilihan yang lain karena aturan yang ada pada
pimpinan/ sekolah,, adanya nilai-nilai kesetiakawanan yang masih kental dalam
budaya di lingkungan menimbulkan rasa kasihan lebih dominan dan terburu-buru
dalam pengambilan keputusan Kesulitan-kesulitan tersebut selalu kembali ke
masalah perubahan paradigma di lingkungan. Kesulitan muncul karena masalah
perubahan paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan selama
bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang jika memaksa guru untuk
memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid.
Yang kedua tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan
keputusan Bersama. Yang ketiga keputusan yang diambil kadang kala tanpa
sepenuhnya melibatkan guru sehingga muncul banyak kendala-kendala dalam proses
pelaksanaan pengambilan keputusan.
8. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Menurut pendapat
saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang
digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah
sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam
belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan
kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada
murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan
belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan
dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya. Dari modul 3.1 ini maka ketika
kita mengambil keputusan harus memperhatikan beberapa hal penting terkait 4
paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan maka
keputusan yang kita ambil akan berdampak baik kepada murid karena pada dasarnya
tujuan pembelajaran adalah dapat memberikan keselamatan dan kebahagian pada
murid
9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
Ketika guru sebagai
pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan
berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi
oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang
menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh
menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam
mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan yang diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid. Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran berdiferensiasi yaitu melakukan dKetika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif , inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
Keputusan yang
diambil oleh seorang guru akan menjadi ibarat pisau yang disatu sisi apabila digunakan
dengan baik akan membawa kesuksesan dalam kehidupan murid di masa yang akan
dating. Demikian sebaliknya apabila kebutuhan tersebut tidak diambil dengan
bijaksana maka bisa jadi berdampak sangat buruk bagi masa depan murid-murid.
Keputusan yang berpihak kepada murid haruslah melalui pertimbangan yang sangat
akurat dimana dilakukan terlebih dahulu pemetaan terhadap minat belajar, profil
belajar dan kesiapan belajar murid untuk kemudian dilakukan pembelajaran
berdiferensiasi yaitu melakukan diferensiasi konten, diferensiasi proses dan
diferensiasi produk.iferensiasi konten, diferensiasi proses dan
diferensiasi produk.
10. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimplan yang
didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul
sebelumnya adalah :
Pengambilan keputusan
adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus
berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin
pembelajaran.
Pengambilan keputusan
harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being).
Dalam pengambilan
keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness)
untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkKesimplan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah :
Pengambilan keputusan
adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus
berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin
pembelajaran.
Pengambilan keputusan
harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan
mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well
being).
Dalam pengambilan
keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness)
untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.
Dalam perjalanannya
menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral
sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian
keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut
berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.an suatu masalah agar keputusan tersebut
berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.
Comments
Post a Comment